Genius dan Gangguan Jiwa Tidak Jauh Berbeda
Amerika Serikat, Psikologi
Zone – Banyak tokoh dunia yang dikenal
dengan kejeniusannya, namun justru mengalami gangguan kejiwaan. Kondisi semacam
ini membuat banyak orang mengira bahwa jenius dan sakit jiwa tidak jauh
berbeda. Sebuah penelitian baru menemukan bahwa kedua hal tersebut memang
terkait.
Dasar pemikiran hubungan antara kejeniusan dengan kegilaan telah
banyak menarik perhatian banyak orang sejak lama. Fakta tersebut muncul dari
banyaknya tokoh jenius seperti, Isaac Newton, Ludwig van Beethoven, Edgar Allan
Poe, dan John Nash, yang mengalami gangguan kejiwaan.
Hasil penelitian baru yang menyebutkan hubungan keduanya, telah
dibahas dalam sebuah acara 5th annual World Science Festival pada 31 Mei di New
York, Amerika Serikat.
Salah satu panelis acara tersebut adalah Kay Redfield Jamison,
psikolog klinis dan profesor dari Johns Hopkins University
School of Medicine. Ia mengatakan, temuan ini mendukung bahwa banyak orang
jenius yang justru mengalami siksaan psikis. Kreativitas bagi mereka terkait
dengan gangguan suasana hati atau bipolar.
Sebuah penelitian lain yang diterbitkan tahun 2010 di Swedia pada
700.000 orang usia 16 tahun. Penelitian ini dilakukan untuk menguji kecerdasan
peserta dan menindaklanjuti apakah 10 tahun berikutnya ada kemungkinan
mengalami penyakit mental.
“Mereka menemukan bahwa orang yang unggul saat mereka berusia 16
tahun empat kali lebih mungkin untuk terus mengembangkan gangguan bipolar,”
ungkap Jamison, seperti dilansir Livescience, Selasa (5/6).
Gangguan bipolar merupakan merupakan perubahan suasana hati yang
ekstrem, terdiri dari episode kebahagiaan (mania) dan depresi. Kemudian
bagaimana siklus ini dapat menciptakan kreativitas?
“Orang-orang dengan bipolar cenderung menjadi kreatif ketika mereka
keluar dari depresi berat. Ketika suasana hati membaik, kegiatan otaknya pun
bergeser. Aktivitas mati di bagian bawah otak yang disebut lobus frontal dan
menyala di bagian yang lebih tinggi dari lobus,” jelas James Fallon,
neurobiologis dari University of California-Irvine, yang ikut menjadi panelis.
Fallon menambahkan, hebatnya, pergeseran yang sama juga terjadi
saat kreativitas terjadi dengan sangat tinggi pada otak manusia.
“Ada hubungan antar sirkuit yang terjadi antara bipolar dan
kreativitas,” jelas Fallon.
Namun, tidak selamanya dorongan kreativitas muncul saat setelah
depresi muncul. Kondisi gangguan kejiwaan juga dapat melemahkan atau bahkan
mengancam hidup seseorang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar